reposting http://althafunnisha.blogspot.com/
Maksud
hati ingin ukhuwah dengan lawan jenis, tapi malah terjebak dalam pacaran.
Tadinya pengen menjalin ukhuwah islamiyah, tapi apa daya kecemplung jadi
demenan. He..he.. jangan heran atuh, sebab hubungan dengan lawan jenis itu
rentan banget disusupi oleh perasaan-perasaan lain yang getarannya lebih
dahsyat. Apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin tambah menggigil karena
vibrasinya kuat banget (apa hubungannya?)
Sobat
muda muslim, sesama masjid atau organisasi kerohanian di sekolah dan kampus,
selalu saja muncul hal-hal tak terduga. Cinta lokasi kerap mewarnai perjalanan
hidup mereka. Iya dong, aktivis juga kan manusia. Wajar banget dong untuk
merasakan hal-hal seperti itu. Apalagi mereka sama-sama sering bertemu.
Bukankah pepatah Jawa mengatakan, witing tresno jalaran soko kulino sering jadi
rujukan untuk menggambarkan perasaan itu? Ati-ati!
Hmm…
rasa cinta itu muncul karena seringnya bersama atau bertemu, begitu maksudnya?
Yup, kamu cukup cerdas dalam masalah ini. Iya, jadi jangan kaget or heran kalo
sesama aktivis pengajian muncul perasaan itu. Apalagi di antara mereka udah
saling mengetahui kebiasaan masing-masing. Dijamin perasaan ‘ser-seran’
keduanya dijembatani oleh seringnya komunikasi dan frekuensi pertemuan. Udah
deh, panah-panah asmara mulai dilepaskan dari busur masing-masing dalam
nuraninya. Duh gusti, itu artinya sang panah asmara siap menembus hati
masing-masing. Siap memekarkan bunga-bunga di taman hati mereka. Seterusnya,
jatuh hati dan saling memendam rindu. Uhuy!
Jadi,
kalo nggak kuat-kuat amat imannya, kamu bakalan melakoni aktivitas pacaran
sebagaimana layaknya dilakukan oleh mereka yang masih awam sama ajaran agama.
Nggak terasa, di antara kamu mulai berani janjian untuk ketemu di masjid. Walau
mungkin masih malu-malu. Tapi jangan salah lho, jika nafsu udah jadi panglima,
akal sehat kamu pasti keroconya. Kamu lalu deklarasi, akal sehat saatnya
minggir!. Waduh, gimana jadinya kalo sesama aktivis malah terjebak dalam
perasaan-perasaan seperti ini?
Sobat muda muslim, memang ukhuwah itu tidak
dibatasi cuma kepada satu jenis manusia aja, tapi kepada dua jenis sekaligus,
yakni laki dan wanita. Bahkan ukhuwah islamiyah berdimensi sangat luas, yakni
nggak dibatasi oleh waktu dan tempat. Kapan pun dan di mana mereka berada, asal
mereka adalah muslim, itu saudara kita. Hanya saja, untuk ukhuwah dengan lawan
jenis, memang ada aturan mainnya sendiri, sobat. Nggak sembarangan, atau nggak
sebebas dalam bergaulnya seperti kepada teman satu jenis. Itu sebabnya, kita
bahas masalah ini di buletin kesayangan kamu ini. Betul? Loading
Ketika
cinta mulai menggoda
Rasa cinta itu unik. Nggak mengenal status seseorang, dan juga suka tiba-tiba aja datang. Hadir dalam jiwa, menggerogoti hati, mengaduk-mengaduk perasaan, yang akhirnya muncul rasa suka dan rindu. Duh, banyak pujangga yang berhasil menorehkan kata-kata puitisnya tentang cinta. Sebab cinta itu naluriah. Pasti dimiliki oleh seluruh manusia, termasuk hewan. Allah udah memberikan rasa itu kepada manusia. Firman-Nya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Rasa cinta itu unik. Nggak mengenal status seseorang, dan juga suka tiba-tiba aja datang. Hadir dalam jiwa, menggerogoti hati, mengaduk-mengaduk perasaan, yang akhirnya muncul rasa suka dan rindu. Duh, banyak pujangga yang berhasil menorehkan kata-kata puitisnya tentang cinta. Sebab cinta itu naluriah. Pasti dimiliki oleh seluruh manusia, termasuk hewan. Allah udah memberikan rasa itu kepada manusia. Firman-Nya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Nah,
gimana jadinya kalo sesama aktivis pengajian muncul rasa cinta? Nggak masalah.
Sah-sah saja kok. Bahkan sangat mungkin terjadi. Itu naluriah. Cuma, tetap
harus aman dan terkendali. Nggak boleh mengganggu stabilitas nasional (ciiee..
bahasanya pejabat banget tuh!). Iya, saat cinta menggoda, jarang yang bisa
bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang.
Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok
pacaran?
Sobat
muda muslim, itu sebabnya kamu kudu bisa jaga diri. Ukhuwah islamiyah di antara
sesama aktivis pengajian tentunya nggak dinodai dengan perbuatan yang
mencemarkan nama baik organisasi, nama baik kamu, nama baik sesama aktivis
pengajian, dan yang jelas kesucian Islam. Jangan sampe ada omongan, “aktivis
pengajian aja pacarannya kuat, tuh! Muna deh!”. Coba, gimana kalo sampe ada
yang bilang begitu? Nyesek banget kan? Jelas lebih dahsyat dari wabah SARS tuh!
Upss...
Kalo
udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang
punya predikat ‘paham agama’ lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian
yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok,
mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang
belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa
aja tuh. Sobat, inilah semacam ‘hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang
yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar
kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!
Wajar
juga sih pandangan seperti itu. Sebab, umat kan lagi nyari siapa yang dapat ia
percayai dan teladani dalam kehidupannya. Jadi, jangan khianati kepercayaan
mereka kepadamu hanya gara-gara soal cinta yang kebablasan. Sebab, mereka
menganggap bahwa kamu mampu menjaga diri dan mungkin orang lain. Nah, kalo kemudian
kamu melakukan perbuatan yang merendahkan martabatmu, rasanya pantes banget
kalo kemudian mereka nggak percaya lagi sama kamu yang aktif di pegajian. Betul
apa betul?
Sobat
muda muslim, cinta seketika bisa datang menggoda, hadir dalam jiwa, memenuhi rongga
dada, dan membawa asa yang menghempaskan segala duka yang pernah ada. Hmm..
kalo itu yang kamu rasakan, harap hati-hati. Ukhuwah di antara kamu jangan
dinodai dengan aktivitas bejat, meskipun atas nama cinta. Berbahaya. Jangan
heran kalo Kahlil Gibran pernah bikin puisi seperti ini: “Cinta berlalu di
hadapan kita, terbalut dalam kerendahan hati, tetapi kita lari darinya dalam
ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya,
untuk berbuat jahat atas namanya”
Jaga jarak
aman!
Idih, emangnya mengendarai mobil sampe dibilang jaga jarak aman? He..he..he... jangan salah euy, justru yang berbahaya adalah karena seringnya deketen, apalagi sampe gesekan segala (emangnya kartu kredit main gesek?).
Idih, emangnya mengendarai mobil sampe dibilang jaga jarak aman? He..he..he... jangan salah euy, justru yang berbahaya adalah karena seringnya deketen, apalagi sampe gesekan segala (emangnya kartu kredit main gesek?).
Jaga
jarak aman adalah cara ampuh menjaga hati kita untuk tidak melakukan aktivitas
berbahaya. Bukankah seringkali kamu tak berdaya jika deketan sama orang yang
kamu incer? Sebab, kalo nggak diatur dengan batasan ajaran agama, kamu bisa
kebablasan berbuat tuh. Bener. Jangan sampe kamu lakuin.
BTW,
apa aja sih batasan bergaul dengan lawan jenis, khususnya sesama aktivis? Iya,
biar kita jadi ngeh, apa yang boleh dilakukan dan mana yang terlarang untuk
dilakoni. Supaya ukhuwah kita nggak bias dengan pacaran.
Pertama,
kurangi frekuensi pertemuan yang
nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh
maksudnya setahun. Bawaannya pengen ketemu melulu. It’s not good for your
health, guys! Ini nggak sehat. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak,
tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah
makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalau kebaikan yang kita kerjakan
jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara
pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk
nyimak pengajiannya itu sendiri.
Yup,
kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalau sekadar
untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang
bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalau kamu nggak sabaran, khawatir ada
pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan atau akhwat
yang agre (maksudnya agresif). Zwing...zwing.. gubrak!
Kedua,
jangan ‘menggoda’ dengan gaya bicara
dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi, ketika kamu berbicara dengan lawan
jenis harus diperhatikan intonasi dan gaya bicaranya. Bagi wanita, jangan
sekali-kali ketika berinteraksi dengan anak cowok menggunakan gaya bicara yang
mendayu-dayu kayak penyanyi dangdut. Suaranya dibuat merdu merayu hingga
menyisakan rasa penasaran yang amat sangat bagi kaum lelaki. Wow! Firman
Allah: “Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut
(mengucapkan perkataan, nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin
kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. “ (QS. al-Ahzab
[33]: 32)
Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh?
Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi,
banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat.
Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ‘cepak’ abis! (kalo yang bener kan
‘gondrong’. He..he..). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake lipstik lagi
bibirnya. Bedakannya tebel banget pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekom
ngapung!
Jadi
buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo
aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan
kecantikannya. Jangan ya, Allah Swt. berfirman: “...dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS
al-Ahzab [33]: 33)
Banyak
lho yang mengaku aktivis masjid tapi kelakuannya masih begitu. Jadi, mari kita
sama-sama membenahi diri kita dan juga teman-teman yang lain sesama aktivis
masjid. perubahan memang butuh proses. Tapi, kudu dimulai dari sekarang. Siap
kan? Heu-euh!
Keempat,
kurangi berhubungan. Mungkin ketemu
langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana
‘tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon,
HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan
nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah
gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm... jadi tetep berhubungan kan? Emang sih
bukan masuk kategori khalwat. Tapi kan bisa menumbuhkan rasa cinta, suka, dan
sayang? Nggak percaya? Jangan dicoba! He..he..
Kelima,
jaga hati. Ya, meski sesama aktivis
pengajian, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat
komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu,
dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah
kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah
dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (ar-Ra’du [13]: 28)
Oke
deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman
satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan
nekat berbuat maksiat. Kalo udah TKD alias Teu Kuat Deui, segera menikah saja
(kalo emang udah mampu). Kalo belum mampu? Banyakin aktivitas bermanfaat dan
seringlah berpuasa.
Emang
sih kalo pengen ideal, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan
juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Negara wajib meredam dan
memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang
nggak-nggak. Betul? Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Catet
yo.?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar